BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1
Jenis
Penelitian
Penelitian
ini menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif-kualitatif,
yang mencakup studi literatur, praktik penyulingan daun beluntas, serta
analisis hasil yang diperoleh. Selain itu, uji organoleptik dilakukan kepada
responden untuk menilai karakteristik sensoris dari hasil penyulingan.
Pendekatan ini memungkinkan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap proses
penyulingan dan kualitas produk yang dihasilkan.
3.2
Tempat dan Waktu penelitian
3.2.1 Tempat
Penelitian
Proses
penyulingan minyak atsiri yang berasal dari daun beluntas dilaksanakan di SMA
Cendekia Sidoarjo, di mana kegiatan ini bertujuan untuk mengekstraksi minyak
dari daun melalui teknik destilasi yang telah difasilitasi sekolah.
3.2.2 Waktu
Penelitian
Penelitian
diawali dengan tahap pengeringan yang berlangsung dari 23 November hingga 28 November
2024 di SMA Cendekia Sidoarjo. Setelah tahap ini selesai, proses penyulingan
dilakukan pada 28 November hingga 29 November 2024 sebagai langkah berikutnya
dalam penelitian.
3.3 Alat
dan Bahan
3.3.1 Alat:
1)
Barometer dan termometer
2)
Botol kaca
3)
Buret
4)
Corong kaca
5)
Erlenmeyer
6)
Gelas ukur
7)
Klem
8)
Ketel penyulingan
9)
Kompor
10)
Kondensor
11)
Pipet
12)
Pompa air
13)
Selang air
14)
Statif
3.3.2 Bahan:
1)
Air
2)
Daun beluntas
3)
Gas minyak (LPG)
3.4
Rancangan Percobaan
Berikut
ini merupakan rancangan percobaan yang digunakan oleh penulis sebagai dasar
dalam pelaksanaan penelitian ini.
(gambar)
3.5
Prosedur Kerja
1)
Tahap pertama dimulai dengan proses
pengeringan daun beluntas sebanyak kurang lebih 5 kg. Pengeringan ini
disarankan berlangsung selama lebih dari tiga hari untuk memastikan kadar air
dalam daun berkurang secara optimal, sehingga hasil minyak atsiri yang
diperoleh lebih maksimal.
2)
Setelah daun kering siap untuk diproses,
langkah berikutnya adalah melepas rangkaian alat destilasi. Pada tahap ini,
kondensor dikencangkan dengan klem agar tetap stabil selama proses penyulingan
berlangsung, kemudian ketel penyulingan dilepas untuk dilakukan pengisian air.
3)
Ketel penyulingan kemudian diisi dengan
air sebanyak 6 liter sebagai media utama dalam proses destilasi.
4)
Daun beluntas yang telah mengalami proses
pengeringan selanjutnya dimasukkan ke dalam ketel penyulingan hingga
kapasitasnya terisi penuh. Hal ini bertujuan untuk memastikan jumlah bahan baku
yang digunakan sesuai dengan kapasitas alat, sehingga proses ekstraksi minyak
atsiri dapat berjalan dengan efisien.
5)
Setelah bahan dan air telah dimasukkan ke
dalam ketel, rangkaian alat penyulingan dipasang kembali seperti semula. Pompa
air kemudian dinyalakan agar sistem pendingin dapat bekerja secara optimal.
Selain itu, buret yang digunakan dalam proses pemisahan minyak atsiri diisi
dengan sedikit air sebagai langkah persiapan sebelum proses destilasi dimulai.
6)
Selanjutnya, kompor dinyalakan dengan api
besar untuk mempercepat pemanasan ketel penyulingan. Ketika suhu mencapai
100°C, intensitas api pada kompor dikurangi agar proses destilasi berlangsung
secara stabil. Proses ini berlangsung selama kurang lebih 7 hingga 8 jam, di
mana uap minyak atsiri dari daun kayu putih akan terbentuk dan terkondensasi
dalam sistem penyulingan.
7)
Setelah proses destilasi selesai, kompor
dimatikan untuk menghentikan pemanasan pada ketel penyulingan.
8)
Langkah berikutnya adalah membuka buret
secara perlahan untuk memisahkan hidrosol dengan minyak atsiri yang telah
diperoleh selama proses destilasi. Pemisahan ini dilakukan dengan hati-hati
agar tidak terjadi pencampuran kembali antara minyak dan air.
9)
Setelah seluruh proses penyulingan selesai
dan suhu dalam sistem mulai menurun, pompa air dimatikan untuk menghentikan
aliran air pendingin dalam kondensor. Hal ini dilakukan setelah memastikan
bahwa pipa kondensor telah mendingin sepenuhnya.
10)
Setelah semua tahapan selesai, alat
destilasi dibersihkan agar dapat digunakan kembali dalam kondisi optimal untuk
percobaan selanjutnya.
11)
Tahap terakhir adalah pengukuran hasil
rendemen minyak atsiri yang telah diperoleh. Pengukuran ini dilakukan
menggunakan gelas ukur dan pipet untuk mengetahui volume minyak yang berhasil
diekstraksi dari daun kayu putih, sehingga efektivitas proses penyulingan dapat
dievaluasi.
3.6
Metode Penelitian
Dalam proses pengumpulan data,
penulis melaksanakan penelitian pada tanggal 12 November hingga 29 November
2024. Penelitian ini menggunakan bahan utama berupa daun beluntas yang telah
mengalami pengeringan selama lebih dari lima hari menggunakan metode
pengeringan udara (air-drying). Setelah pengeringan selesai, daun beluntas
kemudian diekstraksi melalui metode penyulingan dengan kombinasi uap dan air.
Seluruh rangkaian proses penyulingan ini dilakukan di lingkungan SMA Cendekia
Sidoarjo.
Selain itu, untuk mengevaluasi
karakteristik hasil minyak atsiri yang diperoleh, penulis juga melakukan uji
organoleptik dengan melibatkan seluruh siswa di SMA Cendekia. Uji ini bertujuan
untuk menilai aspek sensorik, seperti aroma dan warna minyak atsiri, guna
mengetahui kualitas minyak yang dihasilkan berdasarkan persepsi para responden.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar