BAB
II
DASAR
TEORI
2.1 Definisi
Minyak Atsiri
Minyak
atsiri, yang juga dikenal sebagai essential oils, etherial oils, atau volatile
oils, adalah komoditi berupa ekstrak alami dari berbagai jenis tumbuhan seperti
daun, bunga, kayu, biji-bijian, hingga putik bunga. Minyak atsiri merupakan
cairan volatil yang dihasilkan dari berbagai bagian tumbuhan dan memiliki aroma
khas. Minyak ini sering digunakan dalam industri kosmetik, farmasi,
aromaterapi, serta pengobatan tradisional (Rahmawati, 2020).
Gambar 2.1 Daun Beluntas (Grid.ID)
Minyak
atsiri menangkap aroma dan rasa, atau “esensi” dari tumbuhan, seperti akar,
batang, bunga, buah-buahan, dan kulit kayu. Senyawa aromatik unik yang
terkandung di dalamnya memberikan esensi khas pada setiap minyak atsiri.
Senyawa utama yang biasanya ditemukan dalam minyak atsiri adalah monoterpen dan
seskuiterpen. Dalam daun beluntas, minyak atsiri memiliki aktivitas antibakteri
dan antioksidan yang signifikan (Wijaya & Setiawan, 2023).
Proses
pembuatan minyak atsiri sangat penting. Minyak atsiri biasanya diperoleh
melalui penyulingan menggunakan uap atau air, atau melalui metode mekanis
seperti pengepresan dingin. Setelah senyawa aromatik diekstraksi, bahan
tersebut digabungkan dengan minyak pembawa untuk menghasilkan produk yang siap
digunakan. Namun, minyak atsiri yang diperoleh melalui proses kimia tidak
dianggap sebagai minyak atsiri murni (West Hellen, 2019).
Minyak
atsiri banyak digunakan dalam praktik aromaterapi, di mana minyak ini dihirup
melalui berbagai metode. Selain itu, minyak atsiri juga dapat diaplikasikan ke
kulit, di mana bahan kimianya dapat berinteraksi dengan tubuh untuk memberikan
efek relaksasi dan manfaat lainnya. Namun, minyak atsiri tidak untuk dikonsumsi
secara langsung. Dengan keunikannya, minyak atsiri memiliki potensi luas untuk
dimanfaatkan di berbagai bidang, termasuk dalam produk kecantikan dan kesehatan
(Rahmawati, 2020).
2.2 Tanaman Beluntas
2.2.1 Pengertian
Daun Beluntas
Daun beluntas
(Pluchea indica) adalah bagian dari tanaman semak yang sering kita jumpai di
lingkungan sekitar, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Tanaman ini
memiliki ciri khas berupa daun yang berbulu lembut dan sering digunakan sebagai
lalapan atau bahan dalam pengobatan tradisional. Daun beluntas memiliki aroma
yang khas dan rasa yang sedikit pahit.
2.2.2
Klasifikasi Tanaman Beluntas
Tabel 1. Klasifikasi ilmiah daun
beluntas
Kingdom (Kerajaan) |
Plantae (Tumbuhan) |
Diviso |
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) |
Classis |
Magnoliopsida
(Dikotil) |
Ordo |
Asterales |
Familia |
Asteraceae
(Famili bunga matahari) |
Genus |
Pluchea |
Spesies |
Pluchea
indica |
2.2.3
Morfologi Daun
Daun
Pluchea indica (L.) Less. Sederhana dan berselang seling bentuk Membulat
seperti telur dengan lebar 2,5 – 8. Dengan puncak melancip (mukronat) dengan
tepi bergerigi. Daun tanaman beluntas aromatik pada saat dihancurkan
(Valkenburg dan Bunyapraphatsara, 2001:441).
Daun
beluntas berwarna hijau terang, permukaan daunya bagian bawah dan atas terdapat
rambut – rambut berwarna putih yang merupakan modifikasi dari jaringan
epidermis yaitu trikoma daun. Daun bertangkai pendek dengan Panjang kurang
lebih sekitar 1 cm. Daun beluntas letaknya berselang-seling, berbentuk bulat
sungsang. Ujung daunya runcing. Tepi daun bergerigi. Pangkal daunya tumpul.
Susunan tulang daunya menyirip. Helaian daunya oval. Daging daunya perkamen
atau perkamenteus (Susetyarini; dkk, 2019:1).
2.2.4 Morfologi
Batang
Tumbuhan
beluntas memiliki batang yang jelas, jenis batang yang berkayu (Lignosus) yaitu
batang yang keras, kuat berkayu. Batang beluntas tidak terlalu besar, keras
karena berkayu pada batang yang sudah atau pada bagian bawah tumbuhan. Batang
beluntas berbentuk bulat (teres), permukaan batangnya berambut, arah tumbuhnya
batang tegak lurus ke atas, dengan banyak percabangan dan batang utama selalu
lebih besar dibandingkan percabangannya (monopodial) (Susetyarini; dkk,
2019:7).
2.2.5 Khasiat
Dikutip dari
jurnal Nadya Lituhayu dkk. daun beluntas juga dikenal mampu menghilangkan bau
badan, menurunkan demam, meningkatkan nafsu makan, meluruhkan keringat, serta
mengatasi nyeri, diare, dan keputihan.
Bagian
– bagian tanaman Pluchea indica (L.) Less memiliki khasiat yang digunakan
sebagai obat tradisional, di antaranya: Negara Malaysia, Indo-Cina dan India
rebusan daun, atau daun segar yang dihancurkan atau akar P. Indica digunakan
terutama sebagai obat penurun panas. Indonesia dan Malaysia, daun beluntas juga
digunakan sebagai obat perut, pelancar ASI, dan obat batuk. Jus dari daun yang
dihancurkan dicampur dengan jus tanaman lain digunakan sebagai obat untuk
disentri. Infus daun biasanya dalam kombinasi dengan bahan lain yaitu diberikan
ketika keputihan. Rebusan daun dan batangnya diminum untuk meredakan asma dan
masalah paru lainnya biasanya digunakan di Papua Nugini. Negara Indonesia
biasanya mencampur dengan bahan-bahan lain kemudian dijadikan tapal yang
merupakan obat penenang yang efektif terhadap kelemahan setelah diare, terhadap
bisul dan luka (Godofredo, 2020).
2.2.6 Kandungan
Daun beluntas
mengandung berbagai senyawa kimia, termasuk alkaloid (0,316%), tanin (2,351%),
dan flavonoid (4,18%). Flavonoid adalah komponen terbanyak dalam minyak daun
beluntas. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh M. I. Fitriansyah
dan r. B. Indradi, terdapat 26 jenis flavonoid ditinjau dari aktivitas
farmokologi. Flavonoid adalah komponen terbanyak dalam minyak daun beluntas.
Minyak daun beluntas mengandung flavonoid seperti apigenin, luteolin,
krisoeriol, dan kuersetin.
2.3 Proses
Destilasi
Destilasi
adalah pemisahan komponen-komponen di dalam suatu campuran, membuat suatu
kenyataan bahwa beberapa komponen lebih cepat menguap daripada yang lain. Jika
uap terbentuk dari suatu campuran, maka uap ini mengandung komponen asli campuran,
akan tetapi dalam proporsi yang ditentukan oleh daya menguap komponen tersebut
(Nurul Qiftiyah, 2013).
2.3.1 Destilasi
Air dan Uap (water and steam destilation)
Dikutip
dari laporan parktikum Enjani K. Sari dkk., Metode ini disebut juga dengan
sistem kukus. Pada metode pengukusan ini, bahan diletakkan di atas piringan
atau plat besi berlubang seperti ayakan (saringan) yang terletak beberapa
sentimeter di atas permukaan air. Saat air direbus dan mendidih, uap yang
terbentuk akan melalui sarangan lewat lubang-lubang kecil dan melewati
celah-celah bahan. Minyak atsiri dalam bahan pun akan ikut bersama uap panas
tersebut melalui pipa menuju ketel kondensator (pendingin). Selanjutnya, uap
air dan minyak akan mengembun dan ditampung dalam tangki pemisah. Pemisahan air
dan minyak atsiri dilakukan berdasarkan berat jenis. Keuntungan dari metode ini
yaitu penetrasi uap terjadi secara merata ke dalam jaringan bahan dan suhu
dapat dipertahankan sampai 100°C.
Lama penyulingan relatif lebih singkat, rendemen minyak lebih besar dan mutunya
lebih baik jika dibandingkan dengan miyak hasil dari sistem penyulingan dengan air
(Lutony, 2000).